Pengertian Storyboard
contoh story board :


sumber: http://halimyou.blogspot.com/2012/08/pengertian-storyboard_6.html
Diposting oleh
Unknown
di
11:09
0
komentar
Diposting oleh
Unknown
di
11:06
0
komentar
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara
luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan
dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for
Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai
media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran
informasi.
NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda
yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan
beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Raharjo (1991)
menyimpulkan beberapa pandangan tentang media, yaitu Gagne yang
menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai
“komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat
merangsangnya untuk belajar.”
Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk
mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses
belajar, yang mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung
materi instruksional. Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media
sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan
media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan instruksional.
Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro dalam sistem
pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang
dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik
Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian media
dan alat peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu
secara bergantian untuk menunjuk alat atau benda yang sama
(interchangeable).
Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan
pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut alat peraga bila hanya
berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber belajar
disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh proses atau
kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggungjawab antara
guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain.
Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan
untuk menyebut sumber atau hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan
secara substansial.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu
sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat
bantu yang digunakan guru untuk:
- memotivasi belajar peserta didik
- memperjelas informasi/pesan pengajaran
- memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
- memberi variasi pengajaran
- memperjelas struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan
dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru
kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan
mengefisienkan proses belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih
efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari
yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat
indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat
mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari
apa yang dilihat dan didengar.
Kemampuan media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran
Rahardjo (1991) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar
diketahui bahwa hakekat belajar adalah interaksi antara peserta didik
yang belajar dengan sumber-sumber belajar di sekitarnya yang
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku belajar dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi jelas, dsb.
Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, teknik
dan lingkungan.
Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan
eksternal. Faktor internal seperti sikap, pandangan hidup, perasaan
senang dan tidak senang, kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta
didik. Bila peserta didik apatis, tidak senang, atau menganggap buang
waktu maka sulit untuk mengalami proses belajar.
Faktor eksternal merupakan rangsangan dari luar diri peserta didik
melalui indera yang dimilikinya, terutama pendengaran dan penglihatan.
Media pembelajaran sebagai faktor eksternal dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau kemampuan
untuk merangsang terjadinya proses belajar. Contohnya, (a) menghadirkan
obyek langka: koleksi mata uang kuno, (b) konsep yang abstrak menjadi
konkrit: pasar, bursa, (c) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan
jarak: siaran radio atau televisi pendidikan, (d) menyajikan ulangan
informasi secara benar dan taat asas tanpa pernah jemu: buku teks,
modul, program video atau film pendidikan,. (e) memberikan suasana
belajar yang santai, menarik, dan mengurangi formalitas.
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan
verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman
Edgar Dale” dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke
abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan
suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan
akan lebih menjamin terjadinya proses belajar.
Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman
belajar yang diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you
need to ensure learning, but go as high as you can for the most
efficient learning”).
Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk
memahami suatu pengertian. Sebuah pemeo mengatakan bahwa sebuah gambar
“berbicara“ seribu kali dari yang dibicarakan melalui kata-kata (a
picture is worth a thousand words). Hal ini tidaklah berlebihan karena
sebuah durian “monthong” atau gambarnya akan lebih menjelaskan barangnya
(atau pengertiannya) daripada definisi atau penjelasan dengan seribu
kata kepada orang yang belum pernah mengenalnya.
Salah satu dari sarana visual yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
belajar mengajar tersebut adalah OHT atau “overhead transparency.“
Sarana visual seperti OHT ini bila digarap dengan baik dan benar. Di
samping dapat mempermudah pemahaman konsep dan daya serap belajar siswa,
juga membantu pengajar untuk menyajikan materi secara terarah,
bersistem dan menarik sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Inilah
manfaat yang harus dioptimalkan dalam pembuatan rancangan media seperti
OHT ini.
Jenis-jenis media
Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media
yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada
pula yang penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor
atau pembimbing (teacher independent). Media yang tidak harus tergantung
pada hadirnya guru lazim tersebut media instruksional dan bersifat
“self Contained”, maknanya: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan
serta umpanbalik yang diperlakukan telah diprogramkan secara
terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas
media dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya,
yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual,
dan media serba neka.
1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .
2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar,
buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi,
kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi,
mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster,
gambar kartun, peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu.
3. Media Audio-visual
a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai
dan suara , buku dan suara. b. Media audiovisual gerak : video, CD,
film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara.
4. Media Serba aneka :
a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetic, white board, mesin pangganda.
b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi, pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.
d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
e. Belajar terprogram f. Komputer
Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya :
Papan tulis / whiteboard
Transparansi (OHT)
Bahan cetak ( buku, modul, handout )
Media yang memerlukan keahlian khusus :
Program audio visual
Program slide, Microsoft Powerpoint
Program internet
Yang tergantung hadirnya guru misalnya :
Papan tulis / whiteboard
Tansparansi (OHT )
Sedangkan yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya :
Umumnya media rekam
Bahan belajar mandiri (dapat dipelajari tanpa guru/ pengajar )
Pemilihan Media
Tiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas
tersendiri. Artinya mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap
yang lain . Sifat-sifat yang biasanya dipakai untuk menentukan
kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah :
Jangkauan:
Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual
misalnya buku teks, modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan
program computer). Jenis yang lain lebih sesuai untuk pengajaran
kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT, Slide, Film) dan juga
program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai untuk
pengajaran massal , misalnya program siaran ( radio, televisi, dan
konferensi jarak jauh dengan audio).
Keluwesan :
Dari segi keluwesan, media ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana ,
digunakan kapan saja, dan oleh siapa saja, misalnya media cetak seperti
buku teks , modul , diktat , dll.
Ketergantungan Media :
Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau hadirnya seorang penyaji/guru.
Kendali / control :
Kadang-kadang dirasa perlu agar control belajar ada pada peserta didik
sendiri ( pelajar individu), pada guru ( pelajaran klasikal ) , atau
peralatan.
Atribut :
Penggunaan media juga dapat dirasakan pada kemampuanya memberikan rangsangan suara, visual, warna maupun gerak.
Biaya :
Alasan lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya pengadaan atau pembuatanya .
Media transparansi (OHT ) adalah sarana visual berupa huruf , lambang,
gambar, grafis maupun gabungannya yang dibuat pada bahan tembus pandang
atau transparan untuk diproyeksikan pada sebuah layar atau dinding
dengan menggunakan alat yang disebut “overhead projector “ atau OHP.
Sebagaimana halnya dengan semua jenis media proyeksi , OHT mempunyai
kemampuan untuk membesarkan bayanganya di layar atau didinding sejauh
kekuatan lensa dan sinar proyeksinya dapat mendukung . Oleh sebab itu ,
OHT sangat sesuai untuk kegiatan seminar, lokakarya, pengajaran maupun
latihan yang melibatkan kelompok sasaran yang cukup besarnya sampai
efektif 60 orang.
Selebihnya mungkin perlu ditunjang dengan sarana “sound system“ yang
memadai karena keterbatasan jangkauan suara pengajar. Untuk dapat
menggarap maupun memanfaatkan media ini sebaiknya kita harus mengenal
karakteristiksnya. Media OHT mempunyai kelebihan- kelebihan dan
kelemahan- kelemahan yang harus diperhitungkan dalam perencanaannya.
Dampak perubahan media komunikasi pada media pembelajaran
Nasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi
mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali
dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada abad ke lima belas tentang
buku yang ditulis yang melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan fotografi
mempercepat cara illustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita
melihat dalam “slow motion“ apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati
dengan teliti .
Rekaman memungkinkan kita mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh
orkes-orkes terkenal. Radio dan televisi menambah dimensi baru kepada
media komunikasi . Video recorder memungkinkan kita merekam program TV
yang dapat kita lihat kembali semua kita.
Kemampuan membuat kertas secara masinal membawa revolusi dalam media
komunikasi dengan penerbitan surat kabar dan majalah dalam jumlah jutaan
rupiah tiap hari . Komputer membuka kesempatan yang tak terbatas untuk
menyimpan data dan digunakan setiap waktu diperlukan .
Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu
bagi pendidikan. Buku sampai sekarang masih memegang peranan yang
penting sekali dan mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu yang
lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat
semua aspek kurikulum akan di-komputer-kan .Memang kemampuan komputer
sungguh luar biasa .
Dalam sehelai nikel seluas 20 x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan
yang terdiri atas 20.000 jilid . Namun ramalan bahwa seluruh kurikulum
akan di-komputer-kan dalam waktu dekat rasanya masih terlampau optimis .
Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1913
telah diramalkan bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar
hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui
pendengaran akan tetapi melalui penglihatan. Namun tak dapat disangkal
faedah berbagai media komunikasi bagi pendidikan.
Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada
zaman modern ini diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui
televisi, jadi melalui media massa. Cara-cara untuk menyampaikan sesuatu
melalui TV misalnya yang disajikan dengan bantuan para ahli media massa
jauh lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kelas .
Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan
“audio-visual aids“ pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai
“aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru dalam mengajar,
sebagai ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila
dikehendakinya.
Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang
dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “ programmed instruction“ atau
pengajaran berprograma. Dengan alat ini anak dapat belajar secara
individual. Jadi alat ini bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan
tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar
beprograma mempunyai pengaruh yang besar sekali pada perkembangan
teknologi pebdidikan.
Di Amerika Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang
lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk
tujuan pendidikan di samping, guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris
teknologi pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan
sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki
proses belajar.
Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap
pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan,
analisis dan sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar.
Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang
pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan
mengajar itu.
Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual,
komputer, dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh
perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih terlampau sedikit
dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa
alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia.
Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan
resource-based learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak
langsung dengan berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat
audio-visual, komputer, internet dan sumber lainya. Kesulitan juga akan
dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri belajar berdasarkan
sumber, diantaranya :
(1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala
sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio
visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar
dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti
bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat
digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan
tertentu.
(2) BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada
murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat
dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari
masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan
lain-lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan
sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan,
menggunakan perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga
mereka lebih percaya akan diri sendiri dalam belajar .
Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang dapat mempermudah
dan merperindah tampiran presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini
dapat kita peroleh dari produk program Microsoft Power Point yang
merupakan salah satu dari paket Microsoft office. Pogram ini menyediakan
banyak fasilitas untuk membuat suatu presentasi.
sumber : http://mustolihbrs.wordpress.com/2007/12/04/multi-media-dalam-pembelajaran/
Diposting oleh
Unknown
di
10:13
0
komentar
Aquí bien puede ir una descripción de tu sitio, pero tienes que modificar esta parte manualmente
Copyright © 2011 Taman Langit | Designed by Free CSS Templates, Blogger Templates by Blog and Web